Pagi yg cerah, tapi rada dingin. Dengan berbalut jaket, syal, n kaos kaki idaman, gue nangkring di teras rumah. Menunggu abang tukang koran datang. Hampir setengah jam, eh yg ditunggu2 kagak nongol juga. Lagi2 karena gue gak sabaran, akhirnya gue tancap gas beli koran di pasar Nusukan.
Setelah dapet korannya langsung buka halaman 17 seperti yg di smsin mbak Amrih semalem. Dan inilah diaaaaa..... ^_^
"Menulis adalah kebiasaan. Jika tidak dilatih, maka kemampuan menulis itu pun bisa terkikis."
"Betapa P.E.L.A.N.G.I harus merasakan hujan dan terik matahari agar mampu menghias langit. Sangat langka dan berharga."
Ini karya mereka: mbak Nury Akira, mas Casofa Fachmy, mbak Diah Cmut, mbak Ukasah Habibiy, n antologi Gue, mbak Santi, mbak Nung, n mas Cowie
"Menulis itu turut menyumbang untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Jumlah orang baik di dunia ini relatif sedikit, dengan banyaknya penulis yang membuat karya yang positif dan bermanfaat maka akan menambah jumlah orang baik pula."
Ehmm, meskipun hanya nongol di koran lokal, ini menunjukan bahwa warna P.E.L.A.N.G.I belum luntur. Meskipun beberapa waktu lalu diterjang badai dan hanya tinggal beberapa anggota yg aktif, mereka tetap ada menghiasi angkasa. Kebersamaan yg terjalin tentulah tanpa waktu yg singkat, begitu banyak hal yg kami lewati dan rasakan. Senang, sedih, susah, marah, tawa, galau, dan begitu banyak warna emosi lainnya.
Komunitas Pelangi ini yg mengajarkanku tentang kebersamaan, bukan hanya tentang tulis menulis. Bagaimana menikmati dunia dengan berbeda cara, berbagi, mengerti, berpelukan, menangis bersama, tertawa bersama, gila-gilaan juga, mengarungi hiruk pikuk dunia pertulisan bersama. Dan ikatan itu tak hanya sebatas komunitas, kami adalah keluarga. Keluarga Pelangi. ^_^
Aku mencintai kalian
seperti kalian mengagungkan warna Pelangi di hati
angkasa tempat kita bercahaya
kesanalah kita kan tertata
No comments:
Post a Comment
Ehm, komentarnya yg bijak yaa.. ^_^