ucapan

Selamat Datang di Blog Aprisa Ayu. Terimakasih Telah Membaca. Saranghaeyoooo... (^_*)

Wednesday, December 19, 2012

Ibu tau semuanya..


Pagi yang ranum, heuhh..
Ibu membuka pintu kamarku. Seperti biasa aku masih memeluk gulingku. Rasanya tak mau aku membuka mata. Tidur adalah pelarian termudah. Seperti biasa pula beliau menyapaku untuk menanyakan kegiatan hari ini. Dan menanyakan hal itu. Mataku melebar, kemudian aku tutup lagi. Aku menguap. Melihatkan bahwa aku masih ngantuk dan membalik badanku membelakanginya. Menutup mukaku dengan guling. Aku ingin bersembunyi dari mata ibu. Tapi percuma, tak mungkin ibu tak melihat badan besarku ini kan. Heu..
Ibu mengambil gulingku. Membalik badanku. Bertanya lagi tentang hal itu. Aku terdiam menatapnya. Bagaimana harus kukatakan ini? Kata-kata yang tepat. Kata-kata yang tidak menimbulkan salah paham dan.. kesedihan tentunya.
Aku tak memandangnya. Menutup mukaku dengan guling, lagi. Ibu menariknya kuat. Oke, saatnya cerita.


“Semua telah berakhir, Bu. Semua telah terjawab. Ada kejujuran yang terlambat. Tapi semua baik-baik saja kog. Hhe..”
Ada hawa panas tiba-tiba menyembul entah dibagian mana dari tubuhku. Mengharuskanku menarik nafas dengan berat dan sangat pelan. Ada aliran yang memaksa untuk keluar. Aku menahannya. Sekuatku. Aku tersenyum pada ibu. Beliau menatapku kaget, kemudian tersenyum.

“Ya sudah, mungkin belum jodoh. Pasti nanti dapat yang lebih baik.” Ucapan ibu serasa meluruhkan hawa panas itu. Aku sengaja membiarkan aliran itu keluar dengan sendirinya. Biarlah. Untuk apa aku tahan.

Aku tersenyum pada ibu, “Aamiin.” Dalam hati aku bertanya, bagaimana engkau tau kerisauan anakmu ini, Bu? Padahal aku selalu berusaha agar semua terlihat baik-baik saja. Aku baik-baik saja, Bu. Aku kuat. Aku bisa melewati ini. Aku tak ingin menangis di depanmu. Itu adalah hal terburuk untukmu. Aku tau itu. Aku hanya tak ingin kau juga merasa sedih dengan ini. Ohh ibu, mengapa kau menanyakan ini? Aku ingin menyimpannnya sendiri. Biarlah, aku yang merasakannya sendiri. Biar aku yang menyelesaikan masalahku sendiri. Biarkan aku baik-baik saja, Ibu.

Beliau menutup pintu kamarku. Kemudian menghilang. Aku masih terpungkur dalam kerisauhan pagi yang ranum. Menatap dinding yang membisu. Membiarkan aliran itu terus mengalir sesukanya. Mencoba tidak memikirkannya kembali. Sesuatu yang aku usahakan sejak hari itu.

4 comments:

  1. Sambungan dari postingan yang "Seharusnya.." ya mbak ?
    Saya suka dengan penuturan kalimatnya, realistis bgt (y) Kalau boleh tau, gimana sih kisah yang sebenarnya mbak ? :)

    ReplyDelete
  2. Hehe.. iyaa ^_^
    Ini cerita udah lama banget kog. Udah lupa, hehe...

    ReplyDelete
  3. Yah mbak nya gitu, ceritain dong mbak, pengen tau nih, sapatau menginspirasi :D hehe

    ReplyDelete
  4. Hahahaa.. inspirasi apaan? :v
    Critanya tu bener2 klise banget, mirip sinetron. :D
    Gak asyik ahh kalo dicritain :D

    ReplyDelete

Ehm, komentarnya yg bijak yaa.. ^_^